Beberapa orang tewas setelah helikopter PBB ditembak di Sudan Selatan

Pada 7 Maret 2025, sebuah helikopter Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertugas Slot Spaceman mengevakuasi tentara pemerintah Sudan Selatan dari kota Nasir diserang, mengakibatkan tewasnya seorang brigadir jenderal dan sekitar 27 tentara, serta satu anggota kru PBB.

Insiden ini terjadi saat helikopter tersebut berusaha mengevakuasi personel militer setelah bentrokan hebat antara Angkatan Bersenjata Sudan Selatan dan milisi yang dikenal sebagai “White Army”. Pemerintah Sudan Selatan mengaitkan milisi ini dengan pasukan yang loyal kepada Wakil Presiden Pertama, Riek Machar.

Presiden Salva Kiir mengumumkan kematian Brigadir Jenderal Majur Dak dan sejumlah tentara lainnya dalam pidato nasional. Beliau menyatakan bahwa Machar telah meyakinkannya dan perwakilan PBB bahwa jenderal tersebut akan aman dan misi penyelamatan dapat dilakukan untuk mengevakuasi dia dan pasukannya.

Juru bicara Machar, Puok Both Baluang, menolak berkomentar mengenai serangan tersebut. Sebelumnya, pihak Machar telah membantah keterlibatan dalam pertempuran terbaru di Nasir.

Kepala Misi PBB di Sudan Selatan (UNMISS), Nicholas Haysom, mengecam serangan itu sebagai “sangat keji” dan mungkin merupakan kejahatan perang menurut hukum internasional. Beliau menekankan perlunya investigasi untuk mengidentifikasi dan menuntut mereka yang bertanggung jawab.

Insiden ini menambah ketegangan pada proses perdamaian yang sudah rapuh di Sudan Selatan. Sebelumnya, pasukan keamanan menangkap menteri perminyakan, menteri pembangunan perdamaian, wakil kepala angkatan darat, dan pejabat militer senior lainnya yang bersekutu dengan Machar, yang dapat membahayakan perjanjian damai 2018 yang mengakhiri perang saudara antara pasukan Kiir dan Machar.

Meskipun Presiden Kiir menegaskan bahwa negara tidak akan kembali ke perang, analis memperingatkan bahwa ketegangan yang meningkat dapat memicu konflik berskala penuh. PBB mendesak semua pihak untuk menahan diri dari kekerasan lebih lanjut dan meminta para pemimpin negara untuk segera campur tangan guna menyelesaikan ketegangan melalui dialog.

Sudan Selatan secara resmi berada dalam keadaan damai sejak perjanjian 2018 mengakhiri perang lima tahun yang menewaskan sekitar 400.000 orang. Namun, bentrokan antar komunitas masih sering terjadi. Misi PBB di Sudan Selatan didirikan segera setelah negara tersebut merdeka dari Sudan pada 2011, dengan hampir 20.000 penjaga perdamaian dari 73 negara yang bertugas di dalamnya.

Serangan terhadap helikopter PBB ini bukanlah yang pertama kali terjadi di Sudan Selatan. Pada Agustus 2014, sebuah helikopter misi penjaga perdamaian PBB ditembak jatuh, menewaskan tiga kru pesawat. Sebelumnya, pada Desember 2012, sebuah helikopter PBB ditembak jatuh di Negara Bagian Jonglei, menewaskan keempat anggota awaknya.

Insiden terbaru ini menyoroti tantangan berkelanjutan yang dihadapi Sudan Selatan dalam upayanya mencapai perdamaian dan stabilitas. Komunitas internasional terus memantau situasi dengan cermat dan mendesak semua pihak untuk menahan diri serta berkomitmen pada proses perdamaian.