Sanitasi dan akses air bersih merupakan dua pilar utama slot terbaru dalam menjaga kesehatan masyarakat. Keduanya berperan penting dalam mencegah penyebaran penyakit, meningkatkan kualitas hidup, dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Namun, kenyataannya, tidak semua orang di dunia menikmati hak dasar ini secara merata. Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, tantangan dalam menyediakan layanan sanitasi layak dan air bersih masih menjadi pekerjaan rumah besar.
Air Bersih: Hak Dasar yang Masih Sulit Diakses
Air bersih adalah kebutuhan esensial bagi kehidupan manusia. Tanpa akses terhadap air yang aman untuk diminum, memasak, dan kebersihan diri, masyarakat sangat rentan terhadap berbagai penyakit, seperti diare, kolera, dan infeksi kulit. Menurut data WHO dan UNICEF, pada tahun 2023 sekitar 2,2 miliar orang di dunia masih belum memiliki akses yang aman terhadap air minum. Di kawasan Asia dan Afrika, masalah ini lebih menonjol, di mana infrastruktur air seringkali tidak memadai atau bahkan tidak tersedia sama sekali.
Indonesia sendiri mengalami tantangan signifikan dalam hal ini. Meskipun telah terjadi kemajuan dalam beberapa dekade terakhir, masih banyak daerah pedesaan dan pinggiran kota yang belum tersentuh layanan air bersih secara optimal. Ketergantungan terhadap air sungai, sumur dangkal, atau sumber tidak terlindungi lainnya meningkatkan risiko kontaminasi dan penyakit.
Sanitasi Layak: Lebih dari Sekadar Toilet
Sanitasi bukan hanya soal ketersediaan toilet. Ia mencakup sistem pengelolaan limbah yang aman dan ramah lingkungan, perilaku hidup bersih, serta edukasi masyarakat mengenai pentingnya kebersihan. Akses terhadap sanitasi layak memungkinkan masyarakat untuk membuang kotoran manusia secara aman sehingga tidak mencemari lingkungan atau sumber air.
Sayangnya, sekitar 3,5 miliar orang di dunia belum memiliki fasilitas sanitasi yang layak. Banyak dari mereka masih melakukan buang air besar sembarangan, yang berdampak langsung pada pencemaran air tanah dan penyebaran penyakit. Di Indonesia, praktik ini masih ditemukan di beberapa daerah terpencil, terutama yang belum memiliki sistem saluran pembuangan atau MCK umum.
Dampak Langsung terhadap Kesehatan
Kurangnya sanitasi dan akses air bersih berdampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat, terutama anak-anak. Penyakit diare, yang sebagian besar disebabkan oleh air dan sanitasi yang buruk, menjadi penyebab utama kematian anak di bawah usia lima tahun di banyak negara berkembang. Selain itu, kondisi ini juga dapat memperburuk tingkat kekurangan gizi karena anak-anak yang sering sakit tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik.
Bagi perempuan dan anak perempuan, tantangan ini berdampak lebih luas. Minimnya akses terhadap toilet pribadi membuat mereka rentan terhadap kekerasan saat harus buang air besar di tempat terbuka. Di sekolah, banyak anak perempuan putus sekolah karena tidak tersedia fasilitas sanitasi yang memadai untuk kebutuhan menstruasi mereka.
Tantangan dan Hambatan
Ada berbagai hambatan dalam mewujudkan sanitasi dan akses air bersih yang merata. Di antaranya adalah kurangnya dana, infrastruktur yang belum memadai, serta kesadaran masyarakat yang masih rendah. Selain itu, faktor geografis juga turut menjadi kendala, terutama di daerah terpencil, terpencar, atau yang rawan bencana.
Program pemerintah seperti PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) telah membawa perubahan positif, namun cakupannya masih belum sepenuhnya menyentuh seluruh masyarakat. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, LSM, sektor swasta, dan masyarakat itu sendiri untuk mempercepat pencapaian akses universal.
Langkah Menuju Perubahan
Penyediaan air bersih dan sanitasi yang layak harus menjadi prioritas dalam agenda pembangunan nasional dan global. Investasi di bidang ini tidak hanya meningkatkan kesehatan, tetapi juga produktivitas ekonomi dan ketahanan masyarakat terhadap bencana.
Edukasi menjadi salah satu kunci penting. Kampanye perubahan perilaku hidup bersih, seperti cuci tangan pakai sabun dan tidak buang air besar sembarangan, harus dilakukan secara berkelanjutan dan disesuaikan dengan konteks lokal. Selain itu, penguatan kapasitas di tingkat desa untuk mengelola sistem air dan sanitasi sendiri akan memberikan dampak jangka panjang.
Kesimpulan
Sanitasi dan air bersih bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan dasar yang harus dijamin untuk semua orang. Ketidakmerataan akses terhadap keduanya menunjukkan masih adanya kesenjangan besar dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Upaya kolektif diperlukan untuk mewujudkan dunia yang lebih sehat dan berkeadilan, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk hidup bersih, sehat, dan bermartabat.